Diberkati untuk menjadi berkat ~ Secara teologis, TUHAN Allah merupakan sumber, pemilik dan pemberi BERKAT kepada kita. Pemberian BERKAT oleh TUHAN Allah sebagai bukti kasih dan tanggung jawab serta PENGGENAPAN janji pemeliharaan-Nya yang sempurna bagi kita. Di sisi lain, pada kita bukan saja punya HAK untuk menikmati BERKAT pemberian TUHAN Allah.
Tetapi juga, pada kita ada TANGGUNG JAWAB yaitu sebagai AGEN PENYALUR BERKAT bagi sesama. Pertanyaan yang patut diajukan ialah: “Prinsip apa yang harus ditumbuh-kembangkan dalam rangka untuk menjadi berkat?”
1. Jangan genggam erat berkat itu.
Kejadian 12:1 “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu”.
Alkitab memberitahukan kepada kita bahwa ada orang-orang yang menggenggam terlalu erat berkat itu bagi diri mereka. Dan orang-orang yang hidup dengan cara demikian, akhir hidupnya sangat tragis.
Lukas 12:13-21 = orang kaya yang bodoh.
Kisah Para Rasul 5:1-11 = Ananias dan Safira
Abram tahu persis akibat negative dari menggenggam erat berkat itu. Karenanya, dia melepaskan genggamannya dari berkat, lalu dia melakukan beberapa hal:
Pergilah dari negerimu – bicara tentang wilayah kekuasaan.
Pergilah dari sanak saudaramu – bicara tentang relasi, hubungan, keintiman.
Pergilah dari rumah bapamu – bicara tentang warisan.
Abram meninggalkan semua itu dan mengikuti ekspansi ilahi.
Prinsip tersebut dipahami oleh Ayub, sehingga dalam kehilangan yang besar, Ayub mengatakan: “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil terpujilah nama TUHAN”.
2. Jangan setengah hati
Kejadian 12:4 “Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran”.
Dalam rangka untuk menjadi berkat, TUHAN Allah tidak menghendaki kita melakukannya dengan setengah hati.
Mengasihi dengan setengah hati, berdoa dengan setengah hati, memberi dengan setengah hati, dll. Hal semacam ini tidak layak menjadi berkat bagi orang lain.
Jangan menoleh ke belakang – Lukas 9:57-62.
Kadang-kadang masa lalu kita menjadi penghalang untuk menjadi berkat.
TUHAN Allah menuntut totalitas kita dalam rangka untuk menjadi berkat.
TUHAN Allah menuntut perhatian menyeluruh dan konsentrasi penuh dari Abram.
Untuk kepentingan Kerajaan Allah, kita harus total melakukan segala sesuatu.
3. Jangan takut menanggung resiko
Kejadian 12:3 “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat”.
Cerita: seekor burung yang jatuh cinta kepada mawar putih.
Mencintai hingga terluka.
Dalam rangka untuk menjadi berkat, ada harga yang harus dibayar.
Di jalan menjadi berkat, tidak semua orang akan mendukung kita.
Akan ada orang-orang yang tidak senang ketika kita menjadi berkat.
Ada yang memberkati tetapi juga ada yang mengutuk.
Tapi TUHAN Allah adalah Pembela yang Agung. Dia pasti membela kita dari semua orang yang menentang jalan kita menjadi berkat.
Pada waktu TUHAN Allah memberi BERKAT kepada kita, tentu Dia punya misi melalui kita. Misi-Nya ialah supaya kita menjadi alat BERKAT bagi sesama. Dan untuk menjadi alat BERKAT bagi sesama, maka sikap yang benar ialah: pertama, jangan genggam erat berkat itu; kedua, jangan setengah hati; ketiga, jangan takut menanggung resiko. Kiranya TUHAN Allah menolong kita untuk mewujudkannya. Amin
Tetapi juga, pada kita ada TANGGUNG JAWAB yaitu sebagai AGEN PENYALUR BERKAT bagi sesama. Pertanyaan yang patut diajukan ialah: “Prinsip apa yang harus ditumbuh-kembangkan dalam rangka untuk menjadi berkat?”
1. Jangan genggam erat berkat itu.
Kejadian 12:1 “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu”.
Alkitab memberitahukan kepada kita bahwa ada orang-orang yang menggenggam terlalu erat berkat itu bagi diri mereka. Dan orang-orang yang hidup dengan cara demikian, akhir hidupnya sangat tragis.
Lukas 12:13-21 = orang kaya yang bodoh.
Kisah Para Rasul 5:1-11 = Ananias dan Safira
Abram tahu persis akibat negative dari menggenggam erat berkat itu. Karenanya, dia melepaskan genggamannya dari berkat, lalu dia melakukan beberapa hal:
Pergilah dari negerimu – bicara tentang wilayah kekuasaan.
Pergilah dari sanak saudaramu – bicara tentang relasi, hubungan, keintiman.
Pergilah dari rumah bapamu – bicara tentang warisan.
Abram meninggalkan semua itu dan mengikuti ekspansi ilahi.
Prinsip tersebut dipahami oleh Ayub, sehingga dalam kehilangan yang besar, Ayub mengatakan: “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil terpujilah nama TUHAN”.
2. Jangan setengah hati
Kejadian 12:4 “Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran”.
Dalam rangka untuk menjadi berkat, TUHAN Allah tidak menghendaki kita melakukannya dengan setengah hati.
Mengasihi dengan setengah hati, berdoa dengan setengah hati, memberi dengan setengah hati, dll. Hal semacam ini tidak layak menjadi berkat bagi orang lain.
Jangan menoleh ke belakang – Lukas 9:57-62.
Kadang-kadang masa lalu kita menjadi penghalang untuk menjadi berkat.
TUHAN Allah menuntut totalitas kita dalam rangka untuk menjadi berkat.
TUHAN Allah menuntut perhatian menyeluruh dan konsentrasi penuh dari Abram.
Untuk kepentingan Kerajaan Allah, kita harus total melakukan segala sesuatu.
3. Jangan takut menanggung resiko
Kejadian 12:3 “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat”.
Cerita: seekor burung yang jatuh cinta kepada mawar putih.
Mencintai hingga terluka.
Dalam rangka untuk menjadi berkat, ada harga yang harus dibayar.
Di jalan menjadi berkat, tidak semua orang akan mendukung kita.
Akan ada orang-orang yang tidak senang ketika kita menjadi berkat.
Ada yang memberkati tetapi juga ada yang mengutuk.
Tapi TUHAN Allah adalah Pembela yang Agung. Dia pasti membela kita dari semua orang yang menentang jalan kita menjadi berkat.
Pada waktu TUHAN Allah memberi BERKAT kepada kita, tentu Dia punya misi melalui kita. Misi-Nya ialah supaya kita menjadi alat BERKAT bagi sesama. Dan untuk menjadi alat BERKAT bagi sesama, maka sikap yang benar ialah: pertama, jangan genggam erat berkat itu; kedua, jangan setengah hati; ketiga, jangan takut menanggung resiko. Kiranya TUHAN Allah menolong kita untuk mewujudkannya. Amin