Pertama, Raja Daud.
Kita bisa menemukan dengan membaca dalam Alkitab bagaimana raja Daud menulis mazmur-mazmurnya. Mazmur-mazmur karyanya yang diilhami oleh Roh Kudus memberi inspirasi kepada kita semua dan memberi motivasi yang luar biasa.
Dalam keadaan senang, susah, tertekan, dikejar-kejar musuh, Daud selalu mengungkapkan bahwa Tuhan itu baik. Hal tersebut menjadi kata kunci yang acap kali Daud ucapkan di setiap pergumulannya. Untuk sampai kepada pernyata Tuhan itu baik, tentu Daud telah melewati suatu proses pemurnian batin dari Tuhan melalui berbagai badai hidup yang dialaminya.
Kedua, Rasul Paulus.
Kita juga dapat membaca kisah rasul Paulus yang secara transparan dipaparkan dalam Alkitab. Paulus adalah seorang rasul yang banyak berjerih lelah dalam pelayanan, banyak menderita, disesah, kerap kali tidak tidur, kerap kali dalam bahaya maut, dilempari dengan batu, masuk keluar penjara dan terdampar dalam pelayanannya - 2 Korintus 11:24-29.
Dalam surat-suratnya, rasul Paulus memaparkan bahwa banyak hambatan, tantangan dan ancaman yang ia alami dan hadapi. Tetapi dari mulut Paulus tidak pernah sekata pun keluar kata-kata sungutan, umpatan, frustrasi dan putus asa. Justru dari dalam penjara, Paulus memberi motivasi kepada orang Kristen di Filipi supaya mereka senantiasa mengucap syukur.
Itulah pribadi-pribadi yang memiliki mentalitas Kerajaan Sorga. Mentalitas yang tidak tergoncang sekalipun dalam goncangan. Mentalitas pemenang sekalipun dalam kondisi terkekang. Apa yang Raja Daud dan Rasul Paulus lakukan, seharusnya menjadi contoh bagi kita sebagai warga Kerajaan Sorga.
Kita mengucap syukur bukan pada keadaannya, tetapi kita mengucap syukur Tuhan, bahwa sekalipun keadaannya buruk, Tuhan pasti menolong dan menunjukkan kebaikan-Nya kepada kita, sehingga Iblis tidak mendapat keuntungan atas kita.
Pertanyaan penting yang patut diajukan ialah: "Apa dampak dari mengucap syukur senantiasa dalam hidup kita sebagai pengikut Yesus Kristus?" Ada beberapa dampak yang terjadi dalam diri dan hidup kita, yaitu:
1. Kita semakin mengerti bahwa Allah tidak berdiam diri
Apapun keadan, situasi dan kondisi yang kita alami dan hadapi, melalu mengucap syukur senantiasa - kita disadarkan bahwa Tuhan Allah kita tidak pernah meninggalkan kita. Dia selalu bereaksi bagi kita. Dia tidak pernah sedetik pun berdiam diri untuk menolong kita.
Rasul Paulus menulis: "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" - Roma 8:28.
2. Kita semakin menjadi pribadi yang positif
Melalui cara hidup yang senantiasa mengucap syukur, kita akan memiliki karakter atau kepribadian yang positif. Cara pandang dan cara pikir kita akan berubah dari negatif menjadi positif dengan membiasakan diri untuk selalu mengucap syukur.
Rasul Paulus menulis: "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu" - Filipi 4:8.
3. Kita semakin menjadi pribadi yang dewasa di dalam iman
Dengan selalu mengucap syukur, sebenarnya kita semakin bertumbuh secara rohani. Pertumbuhan secara rohani ini menunjuk kepada kedewasaan iman kita. Kalau kita tidak mengucap syukur atau bersungut-sungut dalam hidup, iman kita tidak bertumbuh, kerohanian kita menjadi mati.
Rasul Paulus menulis: "Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur" - Kolose 2:6-7.
4. Kita semakin menjadi pribadi yang memiliki ucapan yang memberkati
Hidup yang selalu mengucap syukur akan mempengaruhi cara kita berkomunikasi dengan Tuhan dan dengan sesama kita. Kata-kata kita senantiasa memberi semangat kepada yang patah semangat. Kata-kata kita memberi harapan kepada yang kehilangan harapan. Kata-kata kita memberi kekuatan kepada yang lemah. Kata-kata kita memberi hiburan kepada yang susah. Intinya ialah melalu ucapan syukur yang kita lakukan senantiasa membuat kata-kata kita menjadi kata-kata yang memberkati orang yang mendengarnya.
Penulis Ibrani menulis: "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya" - Ibrani 13:15.