University of Southern California dengan lambang trojan, seorang pahlawan yang memakai topi trojan duduk diatas kuda, sangat terkenal di California, Los Angeles. Saat itu menjadi sebuah universitas top, dari seluruh Indonesia dan seluruh dunia. Setiap tahun kurang lebih 700 mahasiswa baru dari Indonesia terdaftar disitu.
Seorang pemuda bernama Donal dari Indonesia, juga pernah kuliah disana, mengambil jurusan fakultas programer. Dia adalah seorang pemuda yang cukup tinggi untuk ukuran orang Indonesia dan ganteng. Dia adalah seorang yang pintar, tekun belajar dengan nilai-nilai A dan B. Bukan cuman itu saja, dia juga melayani di gereja dengan rajin di music department.
Sebelum acara dimulai, kami dikagetkan dan tertegun terutama Donal karena melihat Sita dan seorang pemuda ganteng yang tidak kami kenal, muncul dipintu masuk. Saya melihat Donal menjadi gelisah. Donal dicampakkan oleh Sita dan ini menghancurkan Donal. Disini kita melihat realita bahwa yang tampak oleh mata dari seorang Sita yang kita nilai manis, sempurna luar dalam, kenyataannya tidak seperti itu.
Didalam Alkitab kita belajar kehidupan Simson dan Delila dimana sinopsis Simson memang sengaja diatur Tuhan untuk mencari gara-gara dengan orang Filistin. Seluruh sinopsis kehidupan Simson sebagai nadir Tuhan. Tetapi kita bisa melihat realita yang terjadi. “Sesudah itu Simson jatuh cinta kepada seorang perempuan dari lembah Sorek yang namanya Delila. (Hakim-hakim 16:4).” Tetapi tidak dikatakan Delilah mencintai Simson, betapa Simson harus membayar mahal cintanya kepada Delila. Delila telah menjual cinta Simson dengan seribu seratus uang perak dan tidak ada emosi yang terlibat kecuali ambisi untuk mendapatkan uang atau harta bagi dirinya. Simson membayar dengan kedua matanya, yang dicungkil dan penderitaan, hatinya yang hancur. Barangkali di abad moderen, cinta Simson adalah cinta buta.
Bagaimanakah seorang wanita yang punya harga dan nilai untuk dicintai, tentu saja dengan belajar sifat-sifat lahiriahnya, baik budi pekertinya, rajin, cantik luar dalam. Soal kecantikan itu adalah selera maisng-masing. Selera tinggi dan rendahnya tergantung penilaian pemuda terhadap seorang gadisnya. Dari kedua ilustrasi diatas kita tidak melihat isi hati gadis-gadis ini, baik untuk Donal maupun Simson. Dibibir mereka bisa berkata lain tetapi hatinya tidak ada emosi sama sekali apabila seorang pemuda menilai cintanya itu suci dan ingin meneruskan ke dalam suatu perkawinan. Maka yang penting, pemuda harus belajar melihat hati gadis yang disukainya, apakah ada cinta dalam hatinya dan mencintai dengan kejujuran dan sangat sangat penting adalah dengan tulus ikhlas. Bagi seorang gadis tentu saja mempunyai kriteria yang sama haruslah seorang laki-laki yang baik dan tentu yang sangat-sangat penting adalah hati yang mencintai dengan ketulusan dan ikhlas, bukan mencintai karena kesuksesan dan uangnya.
Berbicara tentang cinta adalah berbicara tentang emosi, maka yang dinilai adalah hati. Tulus dan ikhlas adalah kata Indonesia yang menggambarkan kejujuran, keterbukaan dan apa adanya.