Siapa manusia yang tidak ingin hidupnya diberkati Tuhan ?
Setiap orang tentu ingin diberkati dalam hidup ini. Oleh sebab itu hal berkat atau diberkati seringkali menjadi fokus kehidupan manusia, demikian juga dengan orang Kristen. Bahkan tidak sedikit orang Kristen yang memberi penekanan lebih kepada hal berkat itu, sampai-sampai berkat dipakai sebagai tolok ukur kedewasaan rohani seseorang.
Tidak ada yang salah jika kita mengharapkan berkat dan diberkati dalam hidup ini. Tetapi ketika berkat dan keinginan diberkati itu menjadi satu-satunya fokus dalam hidup ini, maka kita sedang menyimpang dari apa yang Tuhan telah rancangkan mengenai berkat itu dalam hidup kita. Kita perlu menempatkan pemahaman tentang berkat itu ke dalam konteks yang benar. Melalui kisah Alkitab dalam Kejadian 12:1-3 kita dapat belajar tentang apa maksud Tuhan dengan berkat-Nya dalam kehidupan orang Kristen.
Tuhan Menuntut Ketaatan Kita (Kejadian 12:1-2a)
Kejadian 12:1-3 ini mengisahkan tentang panggilan Tuhan kepada Abram untuk meninggalkan apa yang dikasihinya. Abram dipanggil Tuhan untuk meninggalkan negerinya, sanak saudaranya, dan rumahnya menuju ke tempat yang belum jelas yang akan ditunjukkan selagi dia taat untuk pergi. Ini tentunya merupakan pergumulan yang berat bagi Abram. Perintah Tuhan kepada Abram jelas bahwa dia harus pergi meninggalkan negeri, sanak saudara, dan rumahnya. Berdasarkan konteks dekat dalam Kejadian 11:27-32 dan konteks jauh di Kisah Para Rasul 7:2-4, ada indikasi bahwa panggilan Tuhan kepada Abram dalam Kejadian 12:1-3 merupakan panggilan yang kedua. Sebelumnya Tuhan telah memberikan perintah yang sama kepada Abram di tanah kelahirannya. Akan tetapi Abram masih membawa keluarganya, yaitu ayahnya, ikut dalam perjalanannya. Oleh sebab itu, ketika ayahnya meninggal di Haran, Tuhan kembali mengulangi perintahNya kepada Abram. Ini menunjukkan betapa Abram sangat bergumul untuk mentaati perintah Tuhan. Pada akhirnya Abram mentaati panggilan Tuhan tersebut. Ketika Tuhan mengulangi panggilanNya kepada Abram, Dia juga menyatakan janji berkatNya kepada Abram.
Ketika seseorang percaya kepada Kristus, Alkitab mengatakan bahwa itu bukan karena pilihannya melainkan karena Tuhanlah yang telah memilih, menentukan, menebus, dan memeteraikan kita (Efesus 1:4-14). Orang Kristen telah dipanggil Tuhan ke dalam dunia ini untuk melayani dan memuliakan Dia sesuai dengan talenta dan karunia yang telah diberikanNya kepadanya. Panggilan Tuhan menuntut ketaatan dari yang dipanggilNya. Sama seperti kepada Abraham, Tuhan menuntut ketaatan dari kita. Ketaatan yang didalamnya ada kerelaan dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Marilah kita tingkatkan ketaatan kita kepada Tuhan.
Tuhan Menuntut Kita Menjadi Berkat (Kejadian 12:2b-3)
Terkadang ketika orang Kristen membaca Kejadian 12:1-3, hal yang menarik perhatiannya adalah tentang berkat yang diberikan Tuhan kepada Abram. Hal berkat dalam ayat 2 ini seringkali menjadi fokus perhatian orang Kristen. Tetapi apabila diperhatikan dengan seksama teks ini, sesungguhnya fokus perhatian Abram bukan semata-mata kepada janji berkat Tuhan dalam ayat 2. Tetapi fokus perhatiannya adalah perintah Tuhan. Sesungguhnya ada 2 perintah Tuhan kepada Abram dalam Kejadian 12:1-3 ini.
Perintah pertama telah diberikan, yaitu : “Pergilah ….” (Kej. 12:1). Perintah yang kedua ada dalam kata “….dan engkau akan menjadi berkat” (Kej. 12:2b). Kata “engkau akan menjadi berkat” dalam tata bahasa Ibrani (bahasa yang dipakai untuk menuliskan Alkitab Perjanjian Lama) dapat diterjemahkan dalam 2 bentuk, yaitu : bentuk pernyataan dan bentuk perintah. Berdasarkan struktur kalimat dalam Kejadian 12:1-3, kata “engkau akan menjadi berkat” lebih tepat diterjemahkan dengan bentuk perintah sehingga terjemahannya menjadi : “jadilah berkat.” Jadi fokus Abraham bukan kepada janji berkat Tuhan, tetapi kepada perintah untuk “pergi” dan “menjadi berkat.” Selain itu, dalam tata bahasa Ibrani, kata “engkau akan menjadi berkat” mempunyai fungsi menyatakan “tujuan” dari pemberian janji berkat itu. Jadi Tuhan menghendaki agar melalui berkatNya, Abraham menjadi berkat dan saluran berkat Tuhan bagi yang lain. Dengan kata lain, tujuan berkat Tuhan adalah untuk menjadi berkat bagi yang lain. Adapun berkat itu sendiri bukan semata-mata berkat jasmani, tetapi juga berkat rohani (Kej. 12:3b)
Inilah sesungguhnya yang menjadi fokus Abram pada waktu itu. Inilah juga yang seharusnya menjadi fokus orang Kristen dengan berkat Tuhan. Memang melalui ketataan kita Tuhan akan memberkati. Tetapi tidak berhenti sampai diberkati saja. Melalui berkat Tuhan itu, orang Kristen diharapkan menjadi berkat dan saluran berkat Tuhan bagi orang lain. Jadi, marilah kita berlomba-lomba menjadi orang Kristen yang menjadi berkat dan saluran berkat Tuhan bagi orang lain. Memberkati orang lain melalui berkat-berkat jasmani yang kita terima dari Tuhan dan yang terutama dengan menyaksikan kabar baik tentang Kristus kepada orang-orang yang membutuhkan.
Tidak ada yang salah jika kita mengharapkan berkat dan diberkati dalam hidup ini. Tetapi ketika berkat dan keinginan diberkati itu menjadi satu-satunya fokus dalam hidup ini, maka kita sedang menyimpang dari apa yang Tuhan telah rancangkan mengenai berkat itu dalam hidup kita. Kita perlu menempatkan pemahaman tentang berkat itu ke dalam konteks yang benar. Melalui kisah Alkitab dalam Kejadian 12:1-3 kita dapat belajar tentang apa maksud Tuhan dengan berkat-Nya dalam kehidupan orang Kristen.
Tuhan Menuntut Ketaatan Kita (Kejadian 12:1-2a)
Kejadian 12:1-3 ini mengisahkan tentang panggilan Tuhan kepada Abram untuk meninggalkan apa yang dikasihinya. Abram dipanggil Tuhan untuk meninggalkan negerinya, sanak saudaranya, dan rumahnya menuju ke tempat yang belum jelas yang akan ditunjukkan selagi dia taat untuk pergi. Ini tentunya merupakan pergumulan yang berat bagi Abram. Perintah Tuhan kepada Abram jelas bahwa dia harus pergi meninggalkan negeri, sanak saudara, dan rumahnya. Berdasarkan konteks dekat dalam Kejadian 11:27-32 dan konteks jauh di Kisah Para Rasul 7:2-4, ada indikasi bahwa panggilan Tuhan kepada Abram dalam Kejadian 12:1-3 merupakan panggilan yang kedua. Sebelumnya Tuhan telah memberikan perintah yang sama kepada Abram di tanah kelahirannya. Akan tetapi Abram masih membawa keluarganya, yaitu ayahnya, ikut dalam perjalanannya. Oleh sebab itu, ketika ayahnya meninggal di Haran, Tuhan kembali mengulangi perintahNya kepada Abram. Ini menunjukkan betapa Abram sangat bergumul untuk mentaati perintah Tuhan. Pada akhirnya Abram mentaati panggilan Tuhan tersebut. Ketika Tuhan mengulangi panggilanNya kepada Abram, Dia juga menyatakan janji berkatNya kepada Abram.
Ketika seseorang percaya kepada Kristus, Alkitab mengatakan bahwa itu bukan karena pilihannya melainkan karena Tuhanlah yang telah memilih, menentukan, menebus, dan memeteraikan kita (Efesus 1:4-14). Orang Kristen telah dipanggil Tuhan ke dalam dunia ini untuk melayani dan memuliakan Dia sesuai dengan talenta dan karunia yang telah diberikanNya kepadanya. Panggilan Tuhan menuntut ketaatan dari yang dipanggilNya. Sama seperti kepada Abraham, Tuhan menuntut ketaatan dari kita. Ketaatan yang didalamnya ada kerelaan dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Marilah kita tingkatkan ketaatan kita kepada Tuhan.
Tuhan Menuntut Kita Menjadi Berkat (Kejadian 12:2b-3)
Terkadang ketika orang Kristen membaca Kejadian 12:1-3, hal yang menarik perhatiannya adalah tentang berkat yang diberikan Tuhan kepada Abram. Hal berkat dalam ayat 2 ini seringkali menjadi fokus perhatian orang Kristen. Tetapi apabila diperhatikan dengan seksama teks ini, sesungguhnya fokus perhatian Abram bukan semata-mata kepada janji berkat Tuhan dalam ayat 2. Tetapi fokus perhatiannya adalah perintah Tuhan. Sesungguhnya ada 2 perintah Tuhan kepada Abram dalam Kejadian 12:1-3 ini.
Perintah pertama telah diberikan, yaitu : “Pergilah ….” (Kej. 12:1). Perintah yang kedua ada dalam kata “….dan engkau akan menjadi berkat” (Kej. 12:2b). Kata “engkau akan menjadi berkat” dalam tata bahasa Ibrani (bahasa yang dipakai untuk menuliskan Alkitab Perjanjian Lama) dapat diterjemahkan dalam 2 bentuk, yaitu : bentuk pernyataan dan bentuk perintah. Berdasarkan struktur kalimat dalam Kejadian 12:1-3, kata “engkau akan menjadi berkat” lebih tepat diterjemahkan dengan bentuk perintah sehingga terjemahannya menjadi : “jadilah berkat.” Jadi fokus Abraham bukan kepada janji berkat Tuhan, tetapi kepada perintah untuk “pergi” dan “menjadi berkat.” Selain itu, dalam tata bahasa Ibrani, kata “engkau akan menjadi berkat” mempunyai fungsi menyatakan “tujuan” dari pemberian janji berkat itu. Jadi Tuhan menghendaki agar melalui berkatNya, Abraham menjadi berkat dan saluran berkat Tuhan bagi yang lain. Dengan kata lain, tujuan berkat Tuhan adalah untuk menjadi berkat bagi yang lain. Adapun berkat itu sendiri bukan semata-mata berkat jasmani, tetapi juga berkat rohani (Kej. 12:3b)
Inilah sesungguhnya yang menjadi fokus Abram pada waktu itu. Inilah juga yang seharusnya menjadi fokus orang Kristen dengan berkat Tuhan. Memang melalui ketataan kita Tuhan akan memberkati. Tetapi tidak berhenti sampai diberkati saja. Melalui berkat Tuhan itu, orang Kristen diharapkan menjadi berkat dan saluran berkat Tuhan bagi orang lain. Jadi, marilah kita berlomba-lomba menjadi orang Kristen yang menjadi berkat dan saluran berkat Tuhan bagi orang lain. Memberkati orang lain melalui berkat-berkat jasmani yang kita terima dari Tuhan dan yang terutama dengan menyaksikan kabar baik tentang Kristus kepada orang-orang yang membutuhkan.
"Sesunguhnya kita di ciptakan untuk menjadi berkat"
0 komentar:
Posting Komentar